Senin, 27 Juli 2009

Demokrasi Sistem Kufur : Menyalahi Orang Yahudi dan Nashrani Termasuk Prinsip Agama Kita

(sumber : Ad Damghah Al Qawwiyah li Nasfi Aqidah Ad Dimuqrathiyah; Syekh Ali Belhaj/pemimin FIS Aljazair)
Faktor-faktor (yang diterangkan Sayyid Quthub) itulah yang membedakan satu kaum dengan kaum lainnya, satu pola pikir dengan pola pikir lainnya, satu hati nurani dengan hati nurani lainnya, satu akhlak dengan akhlak lainnya, dan satu pandangan hidup dengan pandangan hidup lainnya.
Kemudian Sayyid Quthub mengungkapkan banyak hadits dalam hal menyalahi orang Yahudi dan Nashrani. Sayyid Quthub mengatakan :
“Rasulullah melarang kaum muslimin bertasyabbuh dalam pakaian dan penampilan, gerak dan tingkah laku, perkataan dan adab, karena di balik semua itu terdapat perasaan batin yang membedakan konsep, manhaj dan watak jamaah Islam dengan konsep, manhaj dan watak jamaah lainnya. Rasulullah juga melarang kaum muslimin untuk menerima (hukum/aturan/ideologi) selain dari Allah SWT. Padahal manhaj yang Allah berikan kepada umat ini adalah untuk diwujudkan di muka bumi.
Rasulullah juga melarang kita untuk mempunyai perasaan-kalah terhadap kaum lain di muka bumi, sebab perasaan-kalah terhadap suatu masyarakat akan menimbulkan kelemahan dalam jiwa yang membuat kita bertaqlid kepada masyarakat tertentu itu. Padahal seharusnyalah kaum Muslim tegak menjadi pemimpin manusia serta mengarahkan sikap taqlidnya seperti mereka mengambil akidahnya dari sumber yang mereka pilih yang memang layak untuk memimpin. Bukankah kaum Muslim umat yang paling tinggi, umat pilihan, dan sebaik-baik umat yang dilahirkan di tengah tengah manusia ? Lantas dari mana kaum Muslim mengambil konsep dan manhaj mereka ? Bukanlah kaum Muslim mengambilnya dari Allah sedang mereka (selain kaum Muslim) mengambil konsep dan manhaj mereka dari sesuatu yang rendah yang lalu mereka angkat tinggi-tinggi !
Jamaah kaum muslimin yang menghadap kiblat ketika sholat wajib menemukan makna dari penghadapan ini. Sesungguhnya kiblat bukanlah sekedar arah atau tempat ketika kaum Muslim sholat. Lebih dari itu, tempat atau arah tersebut tiada lain adalah simbol, yaitu simbol untuk mengkhususkan dan membedakan jati diri, kepribadian, tujuan, kepentingan dan institusi kaum Muslim dengan kaum yang lainnya.
Sabda Rasulullah SAW:
“Aku diutus menjelang Hari Kiamat dengan pedang sampai Allah disembah dan tidak ada sekutu baginya. Dia menjadikan rizkiku ada di bawah bayangan tombakku. Dia menjadikan kehinaan dan kekerdilan bagi siapa saja yang menentangku. Dan barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia adalah bagian dari kaum tersebut”.(HR.Ahmad, dengan sanad hasan)
-
lanjut:http://hizbut-tahrir.or.id/200...- kufur-menyalahi-orang-yahudi-dan-nashrani-termasuk-prin sip-agama-kita/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar