GAMBAR HANYA ILSTRASI SAJA BUKAN SEBENARNYA!!!
Tentang Neraka
Alloh Subhannaahu wa Ta’ala telah berfirman,“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [QS. At-Tahrim: 6]
Dan di dalam ayat yang lain disebutkan,“peliharalah dirimu dari Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir.” [QS. Al-Baqoroh: 24]
Kedua ayat di atas memperingatkan kita agar menjaga diri dari api Neraka dengan cara menempuh jalan yang lurus. Karena jika di akhirat nanti seseorang dimasukkan ke Nereka, ‘na’udzu billah min dzalik’, maka tidak ada lagi jalan keselamatan dan tidak akan diterima segala macam tebusan. Suatu hari yang tiada berguna lagi harta benda dan anak cucu, kecuali orang yang menghadap Alloh dengan membawa hati yang salim, selamat dari kemusyrikan, bid’ah dan aneka macam perbuatan dosa.
Sedikit Gambaran tentang Neraka
Dia adalah penjara yang penuh dengan siksaan yang pedih, jurang amat dalam yang di dalamnya berkobar api yang menyala dan bergejolak. Panasnya tujuh puluh kali lipat dibandingkan panas api yang ada di dunia saat ini, Nabi Shollallohu Alaihi wa Sallam bersabda,
” Api yang biasa kalian nyalakan adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari api Jahannam.” [HR . Al-Bukhori]
Hawa paling panas yang ada di dunia ini tak lain adalah sedikit hembusan dari Neraka Jahannam. Sabda Nabi Shollallohu Alaihi wa Sallam,
“Tunggulah hingga agak dingin untuk shalat (Zhuhur), karena panas yang berlebihan adalah sebagian dari hembusan Jahannam.” [HR. Al-Bukhori]
Tentang luasnya Neraka, Rasululloh Shollallohu Alaihi wa Sallam bersabda, “Tahukah kalian apa ini? Kami semua menjawab, “Alloh dan Rasul-Nya yang mengetahui”. Beliau bersabda, “Ini adalah batu, jika dilemparkan ke dalam Neraka semenjak tujuh puluh tahun, maka ia masih melayang di Neraka sampai saat ini (belum menyentuh dasarnya, pent).” [HR. Muslim]
Api Neraka meyiksa manusia sesuai dengan tingkat dosa yang diperbuat. Sabda Nabi Shollallohu Alaihi wa Sallam, “Sebagian orang ada yang dilalap api Neraka hingga kedua mata kakinya, sebagian lagi ada yang hingga kedua lututnya, sebagian lagi ada yang dilalap hingga pinggangnya dan ada juga yang disiksa hingga tengkuk lehernya.“ [HR. Muslim]
Rasululloh Shollallohu Alaihi wa Sallam juga telah bersabda, “Pada Hari Kiamat didatangkan penghuni neraka yakni seorang yang ketika di dunia mendapatkan kenikmatan paling besar, kemudian ia dicelupkan ke dalam Neraka sekali celupan lalu ditanya, “Wahai anak Adam adakah engkau masih melihat karunia yang tersisa? Apakah kini engkau merasakan sedikit kenikmatan? Maka ia menjawab, “Demi Alloh tidak sama sekali wahai Rabb.” [HR Muslim]
Di antara Penghuni Neraka
• Orang-orang musyrik, termasuk Yahudi, Nashrani, Majusi,mulhidin (pembangkang) dan secara umum semua orang yang menyekutukan Alloh atau melakukan syirik akbar. Firman Alloh Subhannaahu wa Ta’ala , artinya,
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,”Sesungguhnya Alloh ialah Al-Masih putra Maryam“, padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Alloh Robbku dan Robbmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Alloh, maka pasti Alloh mengharamkan kepadanya Surga dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” [QS. Al-Maidah: 72]
“Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Alloh, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [QS. An-Nisa': 48]
Sedangkan ahlul ma’shiyah (pelaku maksiat) dari orang muslim, maka dia di bawah kehendak Alloh, jika menghendaki, maka Dia akan mengampuni dan jika menghendaki, maka Dia akan menyiksa.
• Nabi Shollallohu Alaihi wa Sallam bersabda tentang penghuni Neraka,
“Maukah kalian aku beritahu penduduk neraka? (Yaitu) Setiap orang yang besar kepala, angkuh lagi sombong.” [HR. Al-Bukhori-Muslim]
• Beliau juga memberitahukan bahwa wanita yang bertabarruj (mengumbar aurat dan kecantikannya) termasuk penghuni Neraka. Sabda beliau Shollallohu Alaihi wa Sallam,
“Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat; Yaitu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli orang-orang dengannya. Dan wanita-wanita yang memakai baju tapi telanjang, berjalan dengan menggoyang-goyangkan pundak-nya dan berlenggak-lenggok.Kepala mereka seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mendapat wanginya, pada-hal sungguh wangi Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” [HR . Muslim]
• Meninggalkan sholat, merupakan penyebab terjerumusnya seseorang masuk Neraka. Alloh berfirman,
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (Neraka) Mereka menjawab, “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin dan adalah kami membica-rakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya dan adalah kami mendustakan hari pembalasan” [QS. Al-Muddatstsir: 42 - 46]
Rasululloh Shollallohu Alaihi wa Sallam juga bersabda,
“Perjanjian antara kita dengan mereka (orang kafir) adalah sholat, maka barang siapa meninggalkannya ia telah kafir.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah menyebutkan sejumlah dosa secara global yang merupakan penyebab dari masuknya seseorang ke dalam Neraka, yaitu:
Menyekutukan Alloh Ta’ala; Mendustakan para rasul; hasad (dengki); Dusta; Khianat; Berbuat aniaya, kekejian; Ingkar janji; Memutuskan silaturrahmi; Pengecut dalam berjihad; Bakhil; Munafik; Berputus asa dari rahmat Alloh; Merasa aman dari makar Alloh; Berkeluh kesah terhadap musibah; Angkuh; Sombong atas nikmat yang diterima; Meninggalkan hal-hal yang wajib; Melanggar hudud (batasan dari Alloh); Menerjang keharaman-Nya; takut kepada makhluk bukan kepada Alloh; Beramal karena riya’ dan sum’ah; Menyelisihi Al-Qur’an dan as-Sunnah baik dalam perbuatan atau pun keyakinan; Taat kepada manusia dalam rangka maksiat kepada Alloh; Fanatik terhadap kebatilan; Mengolok-olok ayat-ayat Alloh, menentang kebenaran; Menyembunyikan sesuatu yang seharusnya disampaikan baik ilmu maupun kesaksian; Sihir; Durhaka kepada kedua orang tua; Membunuh jiwa yang diharamkan Alloh kecuali secara haq; Memakan harta anak yatim; Riba; Lari dari medan pertempuran; Menuduh berzina wanita baik-baik dan terjaga kehormatannya; Melakukan zina atau liwath; Ghibah dan namimah dan lain-lain yang telah di jelaskan keharaman-nya di dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Barang siapa yang menjauhinya, maka berarti ia telah menempuh jalan keselamatan, dan barang siapa yang menerjangnya, maka berarti ia telah menjatuhkan dirinya ke dalam kehinaan dan penyesalan.
Rasululloh Shollallohu Alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak menjerumuskan orang ke dalam Neraka, maka beliau menjawab, “Mulut dan Kemaluan.” [HR. At-Tirmidzi dan ia menyatakan hasan]. Hadits ini mengisyaratkan kepada kita semua agar senantiasa menjaga dua anggota badan tersebut agar termasuk orang-orang yang selamat dari api Neraka.
Cara Menyelamatkan Diri dari Neraka
Alloh karena rahmat-Nya menjelaskan jalan-jalan keselamatan dari siksa Neraka. Alloh menunjukkan jalan yang harus ditempuh agar seseorang tidak terjerumus ke dalamnya. Cara yang paling penting adalah sbb.
• Memurnikan Tauhid kepada Alloh
Mari kita perhatikan sabda Nabi Shollallohu Alaihi wa Sallam berikut ini,
“Sesungguhnya Alloh telah mengharam-kan neraka bagi orang yang mengucap-kan “La ilaha illAlloh,” karena semata-mata mengharap wajah Alloh.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].
Dan dalam hadits yang lain Nabi Shollallohu Alaihi wa Sallam juga telah bersabda,
“Wahai anak Adam, sesungguhnya selagi kalian mau berdoa dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam meskipun dosamu itu sampai ke awan di langit kemudian kamu mau minta ampun kepada-Ku maka aku akan mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam kalaupun engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi dan engkau menjumpai-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu, maka Aku akan mendatangkan kepadamu sepenuh bumi ampunan.” [HR. At-Tirmidzi dan dia berkata hadits hasan shahih].
Itulah jaminan ampunan bagi yang menauhidkan (mengesakan-Nya). Tidak menyekutukan-Nya dalam berdo’a, ibadah, nadzar, roja’ (berharap), istighotsah, tawakkal, pengharapan dan ketakutan, juga di dalam memutuskan perkara, padahal ia tahu akan tuntutan tauhid berupa mengesakan Alloh dalam seluruh ibadah serta menjauhi segala kemusyrikan dengan berbagai macam dan bentuknya.
Alloh Subhannaahu wa Ta’ala telah berfirman,
Katakanlah, “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Alloh, Robb semesta alam, tiada sekutu baginya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Alloh)”. [QS. Al-An'am: 162-163]
Maka tauhid yang murni yang tidak tercampuri dengan kemusyrikan, baik yang besar maupun yang kecil adalah syarat mutlak untuk keselamatan seseorang dari Neraka.
Tauhid yang murni membuahkan ketaatan kepada Alloh dan ketundukan terhadap-Nya. Karena tauhid dan iman tempatnya di hati. Apabila tauhidnya bagus, maka seluruh perbuatan anggota badan akan ikut bagus pula. Maka apa yang diperintahkan oleh Alloh akan segera dilaksanakannya, selalu taat, mengikuti dan takut kepada-Nya.
• Senantiasa Bertaubat
Alloh telah menjadikan taubat sebagai kunci kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Dia berfirman,
“Dan bertaubatlah kepada Alloh, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [QS. An-Nuur: 31]
Dalam ayat ini Alloh mengaitkan antara keberuntungan dengan taubat. Artinya bertaubat dari perbuatan yang tidak baik adalah salah satu jalan keselamatan dari api Neraka. Manusia meskipun telah berusaha sekuat tenaga untuk berbuat kebaikan, tetap saja ia memiliki sisi kekurangan dan kelemahan, baik yang disadari atau tidak, hal ini merupakan sunnatulloh. Maka jalan yang terbaik adalah selalu membiasakan bertaubat dan mohon ampun kepada Alloh.
Sumber : Kutaib, “Kaila Tuhsyaru fil Jahim” al-Qism al-Ilmi Darul Wathon.
( disadur dari buletin Jumat An-Nuur - Jogja, 26 Maret 2004 )
Allah telah melarang para hambanya untuk bermaksiat kepadanya baik secara terang-terangan atau tatkala ia bersendirian tatkala tidak ada orang lain yang melihatnya. Seseorang yang mencegah dirinya dari melakukan kemaksiatan dihadapan khalayak tentunya berbeda dengan orang yang mencegah dirinya dari melakukan kemaksiatan tatkala ia bersendirian.
Sesungguhnya ujian yang hakiki adalah ujian yang dihadapi seorang hamba tatkala ia sedang bersendirian kemudian tersedia dihadapannya sarana dan prasarana serta kemudahan baginya untuk melakukan kemaksiatan, apakah ia mampu mencegah dirinya dari kemaksiatan tersebut??. Inilah ujian yang hakiki, ujian yang sangat berat, beruntunglah bagi mereka yang bisa selamat dari ujian ini.
Ketahuliah…, orang yang mampu menghindarkan dirinya dari kemaksiatan tatkala dihadapan orang lain namun ia terjerumus dalam kemaksiatan tatkala ia sedang bersendirian merupakan orang yang tercela.
Rasulullah salallah wa’alaihi wasallam pernah bersabda
لألفين أقواما من أمتي يأتون يوم القيامة بحسنات أمثال جبال تهامة فيجعلها الله هباء منثورا فقالوا يا رسول الله صفهم لنا لكي لا نكون منهم ونحن لا نعلم فقال أما إنهم من إخوانكم ولكنهم أقوام إذا خلوا بمحارم الله انتهكوها
“Sungguh aku mengetahui sebuah kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan yang banyak seperti[1] bukit Tihamah kemudian Allah menjadikannya seperti debu yang beterbangan.” Maka mereka -sahabat- bertanya, “Wahai Rasulullah, berikanlah ciri mereka kepada kami agar kami tidak termasuk golongan mereka dalam keadaan tidak sadar.” Maka beliau menjawab, “Adapun, mereka itu adalah saudara-saudara kalian, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang apabila bersepi-sepi dengan apa yang diharamkan Allah maka mereka pun menerjangnya.”
Allah telah menguji orang-orang yahudi dengan ikan,
Allah berfirman
}وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعاً وَيَوْمَ لا يَسْبِتُونَ لا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ| (لأعراف:163)
“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada disekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik”. (QS. 7:163)
Lihatlah…Allah memudahkan bagi mereka sebab-sebab untuk melakukan kemaksiatan. Namun mereka (orang-orang Yahudi) tersebut tidak sabar dengan ujian Allah padahal mereka yakin bahwa Allah mengawasi gerak-gerik mereka, oleh karena itu mereka tidak melanggar perintah Allah secara langsung tetapi mereka melakukan hilah yang akhirnya Allah merubah mereka menjadi kera-kera yang hina.
Allahpun telah menguji para sahabat Nabi, Allah berfirman
}يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَيَبْلُوَنَّكُمُ اللَّهُ بِشَيْءٍ مِنَ الصَّيْدِ تَنَالُهُ أَيْدِيكُمْ وَرِمَاحُكُمْ لِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَخَافُهُ بِالْغَيْبِ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ| (المائدة:94)
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sesuatu dari binatang buruan yang mudah didapat oleh tangan dan tombakmu supaya Allah mengetahui orang yang takut kepada-Nya, biarpun ia tidak dapat melihat-Nya. Barangsiapa yang melanggar batas sesudah itu, maka baginya azab yang pedih” (Al-Maidah : 94)
Dari Muqotil bin Hayyan, bahwasanya ayat ini turun tatkala umroh Hudaibiyah, tatkala itu muncul banyak sekali zebra, burung, dan hewan-hewan buruan yang lain di tengah perjalanan para sahabat (yang sedang dalam keadaan berihram umroh), mereka tidak pernah menjumpai yang seperti ini sebelumnya, namun Allah melarang mereka untuk berburu hewan-hewan tersebut.[2] Sampai-sampai saking terlalu jinaknya hewan-hewan tersebut maka mereka bisa mengambil langsung hewan-hewan buruan yang kecil dengan tangan-tangan mereka, adapun hewan-hewan buruan yang besar maka mereka bisa dengan mudah menombaknya[3]
Dalam ayat ini | لَيَبْلُوَنَّكُمُ اللَّهُ } Allah menta’kid (menekankan) dengan sumpah[4] untuk menunjukan bahwa apa yang sedang mereka hadapi berupa jinaknya hewan-hewan buruan, tidaklah Allah menjadikan hewan-hewan tersebut jinak kecuali karena untuk menguji mereka.[5]
Adapun nakiroh pada kalimat | بِشَيْءٍ } menunjukan bahwa cobaan yang Allah turunkan pada mereka bukanlah cobaan yang sangat mengerikan yang menyebabkan terbunuhnya nyawa dan rusaknya harta benda, namun cobaan yang Allah berikan kepada para sahabat pada ayat ini adalah semisal cobaan yang Allah berikan kepada penduduk negeri Ailah (orang-orang yahudi) berupa ikan-ikan yang banyak mengapung di permukaan laut namun Allah melarang mereka untuk menangkapnya[6]. Dan faedah dari cobaan yang tergolong “ringan” ini adalah untuk mengingatkan mereka bahwa barangsiapa yang tidak bisa tegar menghadapi seperti cobaan ini maka bagaimana ia bisa tegar jika menghadapi cobaan yang sangat berat. Oleh karena itu huruf | مِنَ } dalam ayat ini | مِنَ الصَّيْدِ } ini jelas adalah bayaniah dan bukan tab’idhiyah.[7]
Jika seorang hamba merasakan bahwa dirinya dimudahkan untuk melakukan kemaksiatan, jalan-jalan menuju kemaksiatan terbuka lapang baginya maka ketahuilah bahwa ia sedang diuji oleh Allah…ingatlah bahwa Allah yang sedang mengujinya juga sedang mengawasinya, maka takutlah ia kepada Allah. Inilah ujian yang hakiki, dan Allah akan memberikan ganjaran yang besar baginya karena kekuatan imannya. Barangsiapa yang meninggalkan kemaksiatan padahal sangat mudah baginya untuk melakukannya maka ketahuilah bahwa itu adalah kabar gembira baginya karena hal itu merupakan indikasi imannya yang kuat. Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah dalam keadaan bersendirian maka ketahuliah bahwa imannya ternyata lemah, dan hendaknya ia takut kepada adzab yang Allah janjikan kepada orang-orang yang melanggar perintahNya.
Oleh karena itu di akhir ayat Allah berfirman | لِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَخَافُهُ بِالْغَيْبِ }, inilah hikmah dari ujian yang Allah berikan kepada para sahabat yang sebagian mereka bisa saja mengambil hewan-hewan buruan tersebut dengan mudahnya baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dengan ujian ini akan nampak siapakah dari hamba-hamba Allah yang takut dan bertakwa kepada Allah baik secara terang-terangan maupun tatkala bersendirian.
Hal ini sebagaimana firman Allah
}إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ| (الملك:12(
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Rabbnya Yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar”. (QS. 67:12)[8]
Ujian yang diberikan oleh Allah agar terbedakan hamba Allah yang karena keimanannya yang kuat maka takut kepada adzab Allah di akhirat yang meyakini bahwasanya Allah senantiasa mengawasinya meskipun ia tidak melihatNya, agar terbedakan dari hamba yang lemah imannya sehingga berani melanggar perintah Allah…[9], sehingga Allah memberinya ganjaran yang besar…adapun menampakan rasa takut kepada Allah dihadapan khalayak maka bisa jadi ia melakukannya karena takut kepada Allah maka ia tidak mendapatkan ganjaran…[10].
Penulis: Ustadz Firanda Andirja Abidin, Lc. -hafizhahullah-
Teman-teman yang aku sayangi, kucintai karena Allah di manapun, kapanpun, serta dalam keadaan bagaimanapun kalian di dunia ini, aku selalu teringat kepada perkataan “Do’akanlah saudaramu karena itu akan menjadi do’a bagi dirimu sendiri”, mohon maaf aku bukan ingin menasehati kalian wahai para sahabatku, namun ini lebih kepada diriku sendiri, sehingga semoga aku bukan orang-orang yang mengalami “Penyesalan” yang sekedar Dunia dan juga APALAGI AKHIRAT……….(NAUDZU BILLAHI MIN DZALIK)
Sebagaimana Pengertian “SESAL” tentu sahabat semua minimal MEMAHAMI apa arti itu. Maka izinkanlah jemari-jemari saya ini ingin bergerak dan berdansa bersama keyboard Arabic yang sudah rusak bagian ujung kir atasnya.
“Astaghfirullah, ana nggak akan ulangi dosa ini, ana mau taubat ajah, nggak kebayang Siksa apa yang akan ana terima……. Yaa Allah ampunkan lah dosa hamba ini, hamba telah banyak melakukan kesalahan kepada Diri hamba, tetangga, Orang tua, Saudara, Adek-adek, teman-teman sekerja, teman ketika SMA, apalagi teman dunia MAYA [maksiat sama makhluk HALUS…….] kemudian ia berdo’a
:اللَّهُمَّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَثِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِى مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِى إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ”
'ALLAHUMMA INNII ZHOLAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIRAN WA LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA FAGHFIRLII MAGHFIRATAN MIN 'INDIKA WARHAMNII INNAKA ANTAL GHOFUURUR RAHIIM (Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) '." (HR. Bukhari no. 834 dan Muslim no. 2705)”
____
Catatan Kaki
[1] HR Ibnu Majah II/1418 no 4245 dan At-Thobroni dalam Al-Mu’jam Ash-Shogir I/396 no 662 (dan ini adalah lafalnya) dan Al-Mu’jam Al-Awshoth V/46 no 4632. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam shahih Sunan Ibnu Majah, dan As-Shahihah II/32 no 505
[2] Ad-Dur Al-Mantsur, karya As-Suyuthi (3/185)
[3] Tafsir Ibnu Katsir (2/98)
[4] Karena huruf lam dalam ayat ini adalh Al-Lam Al-Waqi’ah lijawabil qosam
[5] Tafsir Abi As-Sa’ud (3/78)
[6] Lihat juga Fathul Qodir (2/77), At-Tafsir Al-Kabir (12/71)
[7] Tafsir Abi As-Sa’ud (3/78), Tafsir As-Sa’di (1/244), karena jika kita mengatakan bahwa مِن dalam ayat ini adalah tab’idhyah (sebagaimana hal ini adalah pendapat yang dinukil oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya (2/98)) maka sesuatu yang ringan yang difahami dari kalimat بِشَيْءٍ bukanlah jika dibandingkan dengan cobaan-cobaan yang berat namun jika dibandingkan dengan seluruh hewan
[8] Tafsir Ibnu Katsir (2/99)
[9] Tafsir Abi As-Saud (3/78)
[10] Tafsir As-Sa’di (1/244)
Kepada Allah kita memohon ketahanan. Dalam do’a dan pengaduan yang total. Lalu dengan usaha kita sendiri, dalam kebersamaan terkecil sekali pun, kita hadapi badai kesulitan itu. Agar ia tak membunuh jati diri kita. Sebelum membunuh eksistensi fisik kita.
Pintu Taubat Itu LUAS
www.iLuvislam.com
oleh: Yusammir Yusof *
“Saya sudah buat banyak dosa! Saya tak tahu macam mana saya boleh kembali ke pangkal jalan. Bolehkah Allah ampunkan dosa saya? Saya sedih sangat-sangat. Tolonglah saya ustaz!” Luah seorang penghantar e-mail di ruangan inbox saya.
Saya mengakui bahawa, manusia itu memang lemah dan mudah melakukan kesilapan. Tetapi saya menafikan tentang TIDAK TAHU bagaimana mahu ke pangkal jalan, dan adakah Allah akan mengampunkan. Islam adalah agama yang sentiasa memberi khabar gembira kepada penganutnya. Islam adalah sebuah agama yang seringkali memberi jalan dan petunjuk kepda penganutnya. Jalan dan petunjuk untuk mendapat kebahagian dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Melakukan kesilapan yang mengundang dosa, adalah perkara yang memang akan dilakukan oleh manusia. Kecuali insan terpilih iaitu Nabi Muhammad saw yang disucikan Allah dari sebarang dosa. Bagi mereka yang melakukan dosa, Taubat adalah cara bagaimana untuk kembali mendapat keredhaan dan rahmat Allah. Tidak perlukan pembelian kertas indulgence, atau sebarang ritual yang merosakkan fizikal mahupun mental. Cuma menghadap kepada-Nya, kemudian melakukan taubat kepada-Nya, Tuhan yang maha pengasih dan penyayang.
“Taubat ialah kembali taat kepada Allah s.w.t dan menyesal dengan bersungguh-sungguh terhadap dosa yang telah dilakukan sama ada dosa besar mahupun dosa kecil serta memohon keampunan dari Allah.”
Kata Allah dalam surah Al-taubat,ayat 118, "Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
Berulang kali bertaubat
Memang benar manusia itu sering lupa dengan apa yang dilakukan. Dan tidak tidak hairanlah jika, manusia akan mengulang perlakuan yang dilakukan dahulu. Allah itu maha mengetahui dan bijaksana. Disebabkan kelemahan dan kedhaifan manusia yang pasti akan melakukan kemaksiatan kepada-Nya. Maka Allah sendiri telah berjanji, bahawa Dia akan sentiasa mengampunkan hambanya walaupun dosa itu dilakukan berkali-kali, dengan jalan bertaubat.
Janji Allah ini telah disampaikan melalui, mulut mulia Nabi Muhammad saw yang bermaksud:
“Hadis riwayat Abu Hurairah ra, dia berkata: Dari Nabi saw tentang yang beliau riwayatkan dari Tuhannya, beliau bersabda: Seorang hamba melakukan satu perbuatan dosa lalu berdoa: "Ya Allah, ampunilah dosaku". Allah Taala berfirman: Hamba-Ku telah berbuat dosa dan dia mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosa atau akan menghukum karena dosa itu. Kemudian orang itu mengulangi perbuatan dosa, lalu berdoa lagi: Wahai Tuhan-ku, ampunilah dosaku. Allah Taala berfirman: Hamba-Ku telah berbuat dosa dan dia mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosa atau menyeksa kerana dosa itu. Kemudian orang itu melakukan dosa lagi, lalu berdoa: Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku. Allah Taala berfirman: Hamba-Ku telah berbuat dosa dan dia mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosa atau menghukum kerana dosa itu serta berbuatlah sesukamu, kerana Aku benar-benar telah mengampunimu. Abdul A'la berkata: Aku tidak mengetahui apakah Allah berfirman "berbuatlah sesukamu" pada yang ketiga kali atau keempat kali.” (hadith Qudsi direkodkan Imam Muslim)
Janji yang disampaikan ini, seharusnya menjadi motivasi kepada umat Islam. Agar umat Islam tidak cepat berputus asa mengharapkan keampunan dari Allah. Dosa sebesar manapun, yakinlah bahawa Allah maha pengampun dan maha penyayang. Pokoknya adalah Taubat. Jika ada keinsafan diri dan kemudian melakukan taubat kepada-Nya maka itu sudah memadai bagi mensucikan diri segala dosa yang pernah dilakukan.
Taubatnya si pembunuh
Jika dosa seorang pembunuh yang telah membunuh berpuluh-puluh orang pernah diampunkan oleh Allah inikan pula dosa yang pernah kita lakukan. Kisah pegampunan dosa terhadap pembunuh ini, dikhabarkan oleh Rasulullah melalui sebuah hadith yang direkodkan oleh Imam Muslim.
Maksudnya: "Dari Abu Sa'id Al Khudri r.a., bahawasanya Nabi SAW bersabda: Zaman dahulu ada seorang pembunuh yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Lalu dia bertanya kepada penduduk negeri, "Siapa ulama yang paling alim di negeri ini?" maka ditunjukkan orang seorang rahib (pendeta). Lalu di datangi rahib itu seraya mengatakan bahawa dia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian dia bertanya apakah pintu taubat masih terbuka baginya atau tidak? jawab Rahib: "Tidak!" maka dibunuhnya rahib itu, dan genaplah pembunuhannya seratus orang.
Kemudian dia bertanya pula penduduk; "siapa ulama di negeri ini?" maka ditunjukkan orang kepadanya seorang ulama yang alim. Dia menceritakan kepada orang alim itu bahawa dia telah membunuh seratus orang. kemudian bertanya apakah pintu taubat masih terbuka baginya atau tidak? Jawab ulama, "Ya, selalu terbuka! Pintu taubat selamanya tidak pernah tertutup. Siapa yang sanggup menutup pintu taubat bagi kamu? pergilah kamu ke negeri begini begini, kerana di sana penduduknya menyembah Allah. Sembahlah Allah bersama-sama dengan mereka dan jangan kembali lagi ke negeri kamu, kerana negeri kamu telah rosak." Maka pergilah orang itu ke negeri yang ditunjuk ulama.
Setengah perjalanan tiba-tiba orang itu meninggal. Maka bertengkarlah malaikat rahmat dengan malaikat 'Azab. Kata malaikat rahmat, "orang ini telah taubat dan dia sedang menghadap dengan hati yang taubat itu kepada Allah Ta'ala" Kata malaikat Azab, "Dia belum pernah melakukan kebaikan sedikit jua pun." Tiba-tiba datang seorang malaikat dengan rupa manusia, lalu dia berdiri di tengah-tengah mereka seraya berkata, "ukurlah jarak kedua negeri itu, ke mana yang lebih dekat bawalah dia ke situ." Setelah diukur ternyata yang lebih dekat ialah negeri yang ditujunya. Maka dibawalah dia oleh malaikat rahmat."
Menurut ulama hadith, selain daripada mengkhabarkan tentang taubatnya seorang pembunuh yang diterima oleh Allah. Hadith ini juga membawa tunjuk ajar, bahawa mereka yang melakukan dosa itu haruslah berhijrah. Berhijrah dari konteks berubah dari berkawan dengan kawan yang tidak senonoh kepada kawan-kawan yang di hatinya penuh ingatan kepada Allah. Jika seseorang itu berada di kawasan yang sememangnya bangkit anasir-anasir kotor, maka berhijrahlah ke tempat yang lebih selamat dan mudah untuk kita mendekati Allah ta’ala.
Bukan setakat mengampunkan dosa, malahan Allah juga telah berjanji akan menggantikan kejahatan yang dilakukan dahulu itu dengan kebajikan.
Kata Allah dalam surah al-Furqan ayat 70: "kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Sedar tidak sedar, sebenarnya Allah menjanjikan banyak kebaikan dan kebajikan kepada mereka yang bertaubat. Maka tidak syak lagi bahawa, jalan keluar ke pintu kebaikan terbuka luas untuk mereka yang sedang bergelumang dalam dosa maksiat. Jangan berputus- asa ke atas keampunan dan rahmat Allah. Ingatlah, bahawa Allah sentiasa menyanyangi dan bersama orang-orang yang ingin mendekati-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar