Jumat, 11 Juni 2010

BANGKRUT AMAL

Setiap orang yang beriman tentu ingin mendapatkan surga. Untuk itu, selain taat melaksanakan ibadah ritual dan beramal shaleh, kita hendaknya juga menjauhi perilaku buruk yang dianggap biasa, tetapi sebenarnya tercela, yaitu bergunjing (ghibah) tentang aib orang lain, dan mencari-cari cacat dan kekurangan orang lain. Dalam tulisan 25 (25/04/09), ketika membahas tentang etika berbicara, hal ini telah disinggung sepintas.

Bergunjing itu sangatlah dilarang dalam ajaran Islam. Jangankan bergunjing, berprasangka buruk (suudzon) saja kita diperingatkan oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian dari kamu menggunjing tentang sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaramu yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” [QS Al Hujuraat (49): 12].

Islam mengenal apa yang namanya ‘bangkrut amal’, yaitu orang yang rajin melaksanakan shalat, rajin berpuasa, rajin beribadah lainnya, dan baik amal shalehnya, tetapi pada hari perhitungan nanti semua amalannya habis, karena disamping amal baiknya yang banyak, rupanya ia juga suka bergunjing, bahkan akhirnya dosa orang yang dipergunjingkan akhirnya ia tanggung sebagai hukuman dari Allah SWT. Itulah orang yang mengalami ‘bangkrut amal’.

Islam mengajarkan bahwa apabila kita mendengar atau membaca berita aib tentang orang lain, maka simpan saja dalam hati, dan jangan disebar luaskan lagi, tetapi jadikan bahan muhasabah, apakah kita lebih baik dari dia? Islam mengajarkan bahwa terhadap aib seseorang janganlah kita mempergunjingkannya, dan wajib bagi kita yang mendengar aib tersebut untuk menutupinya.

Rasulullah SAW bersabda:
• “Kebanyakan hal yang memasukkan manusia ke dalam surga adalah taqwa kepada Allah dan ahlak yang baik, dan kebanyakan hal yang memasukkan manusia ke dalam neraka adalah mulut dan kemaluan". [HR Tirmidzi].
• “Orang yang menutupi aib orang lain di dunia, niscaya Allah akan menutup aibnya kelak di hari kiamat.” [HR Muslim].

Rasulullah SAW juga menyatakan bahwa bergunjing itu lebih berat dosanya dari pada berzina. Berzina kemungkinan masih bisa diampuni oleh Allah SWT jika kita bersungguh-sungguh memohon ampun kepada-Nya, dan kita tidak mengulangi kembali perbuatan itu, karena Allah Maha Pengampun, meskipun sesungguhnya berzina ini termasuk salah satu dosa yang tidak bisa / sangat sulit diampuni.

Tetapi jika kita bergunjing tentang seseorang maka Allah SWT tidak akan mengampuni dosa kita jika orang yang digunjingkan itu belum memberi ma'af kepada kita, dan juga harus disertai dengan usaha merehabilitasi nama baik orang tersebut kepada siapa bergunjing tersebut sudah kita sebarkan. Sungguh sangat berat untuk menebus kesalahan ini, karena menyangkut dua aspek, di mana bergunjing itu bukan sekedar urusan antar manusia, melainkan juga terkait dengan firman Allah SWT dalam QS Al Hujuraat (49): 12 tersebut di atas, yang bisa menjadikan orang berdosa.

Di zaman informasi canggih ini, terutama media cetak dan elektronik, akibat buruknya justru membuat kita secara tidak sadar sering bergunjing tentang pribadi figur publik, misalnya para pemimpin atau kalangan selebriti. Sekarang coba kita pikir, maukah amal kita yang sudah susah payah kita kumpulkan, kita berikan gratis pada orang yang selingkuh, pengedar atau pengguna narkoba, koruptor, pembunuh dan sebagainya?

Tentu kita tidak menginginkan demikian. Karena itu hindarilah bergunjing tentang siapapun. Hendaknya kita tidak masuk dalam kumpulan yang tidak memberikan manfaat dan suka ngobrol untuk bergunjing. Banyak orang menggunjingkan orang yang tidak disukainya, padahal penggunjing itu sendiri yang akan menderita kerugian. Waspadalah!

Diriwayatkan bahwa seseorang yang besok di hari perhitungan diberikan kepadanya catatan amalnya oleh Malaikat, setelah dia melihat catatan amal itu maka dia berkata: "Ya Allah, di mana amal shalatku, puasaku dan amal ketaatanku?" Maka dikatakan kepadanya: "Hilang seluruh amal kebaikanmu karena kamu mempergunjingkan manusia".

Di sisi lain Malaikat memberikan catatan amal seseorang yang dipergunjingkan. Setelah dia melihat amal-amal kebaikannya yang tidak pernah dilakukannya, maka dijelaskan oleh Malaikat kepadanya: "Inilah catatan amal-amal kebaikan manusia yang telah mempergunjingkanmu, sedang kamu tidak menyadarinya". Jadi amalan orang yang bergunjing itu berpindah kepada orang yang dipergunjingkan.

Betapa banyak manusia pada umumnya menggemari bergunjing, yang berarti sebanyak itu pulalah manusia ‘pemakan bangkai saudaranya sendiri’. Rasulullah SAW bersabda: “Sibuk mencari keburukan atau aib orang lain adalah salah satu dari 6 perkara yang bisa merusak amal kebaikan, 5 perkara lainnya adalah keras hati, terlalu cinta dunia, sedikit mempunyai rasa malu, panjang lamunan / khayalan dan kedzaliman yang tidak pernah berhenti”. [HR Ad-Dailami].

Jika kita telaah satu persatu perkara yang disebutkan dalam Hadis di atas, maka kita bisa muhasabah untuk perbaikan diri kita masing-masing. Di samping itu kita juga bisa mengevaluasi hal-hal sbb:
1. Ucapan-ucapan siapa saja yang sibuk mencari keburukan atau aib mereka yang sedang berbuat kebajikan, bekerja melaksanakan amanat yang diembannya.
2. Siapa saja yang keras hati atau ngotot ingin menjatuhkan orang lain.
3. Berapa banyak orang yang mendambakan kedudukan karena mereka terlalu cinta dunia.
4. Mereka yang disebut pada butir 3, pada umumnya juga mereka yang disebut pada butir 1, 2 dan 3, yang sedikit mempunyai rasa malu.
5. Mereka yang disebut pada butir 3, pada umumnya juga panjang lamunan / khayalan.
6. Tidak terbatas pada kelima perkara di atas, siapa saja yang melakukan kedzaliman yang tidak pernah berhenti, tentu mereka telah merusak amalnya sendiri.

Kita bukan saja belum bisa bangkit dari kebangkrutan di bidang ekonomi, melainkan justru diperparah dengan ‘kebangkrutan amal’. Para elite bangsa ini lebih suka bergunjing untuk menjatuhkan lawan politiknya. Ketika mereka masih menjabat, pada umumnya tidak mampu melaksanakan amanah yang diembannya dengan baik, justru sudah pensiun / lengser mereka lebih banyak mempergunjingkan pemimpin yang sedang melaksanakan tugasnya.

Hal ini terjadi karena mereka dalam ‘kekosongan’, sama halnya dengan merusak tubuh mereka sendiri dengan mengkonsumsi narkoba. Setelah menggunjing biasanya diikuti dengan menghujat. Dan begitu pula masyarakat pada umumnya suka bergunjing dan menghujat tetangga kiri kanan, atau siapa saja yang tidak disukainya. Maka pantaslah jika negeri ini tak kunjung bisa bangkit dari keterpurukan, karena para elite bangsa dan masyarakat lebih suka bergunjing daripada berlomba berbuat kebajikan (fastabiqul khairat).

Dalam hal bergunjing, biasanya sering diikuti dengan memfitnah. Maka celakalah yang kecanduan bergunjing mencari-cari aib orang disertai memfitnah terhadap orang yang tidak disukainya. Bergunjing saja sudah berdosa, merugikan dan bahkan bisa bangkrut amal, apalagi ditambah dengan memfitnah, maka bisa bangkrut total. Hamba yang shaleh akan berusaha menjauhi sifat yang buruk ini, yang akan merusak hubungan cinta serta menimbulkan kedengkian di antara sesama Muslim. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang mudah bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela, serta penyebar fitnah”. [Al Qalam (68): 10-11]. Dalam kaitan ini Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang suka menghambur fitnah. [HR Hudzaifah].

Namun ada bergunjing yang tidak diharamkan jika disertai dengan maksud-maksud baik, Misalnya membahas suatu masalah moral dan etika, masalah karakter manusia atau masalah sosial kemasyarakatan dengan tujuan untuk melakukan perbaikan di bidang pendidikan. Untuk membeberkan kesaksian di pengadilan atau penyidikan, memberikan ceramah agama / pendidikan menerbitkan tulisan yang bertujuan melakukan perbaikan bagi masyarakat agar tidak meniru perbuatan jahat dan maksiat yang dilakukan seseorang, dan membahas masalah sosial lainnya, bergunjing tidak diharamkan.

Sesungguhnya istilah ‘bergunjing’ itu lebih sesuai digunakan jika tujuannya iseng atau buruk, sehingga membicarakan sesuatu tentang orang lain dengan maksud baik seperti disebutkan dalam paragrap di atas, lebih tepat digunakan istilah ‘mengulas’. Dalam tulisan-tulisan di Al Mustaqiim, kami editor sering mengulas berbagai masalah sosial, termasuk perilaku buruk para elite bangsa dan sekelompok masyarakat, atau institusi yang perlu dikritisi dan diperbaiki. Al Mustaqiim tidak akan bermanfaat jika tidak mengulas dan mengkritisi tentang peristiwa-peristiwa penting yang meresahkan masyarakat.

Menanggapi peristiwa pembunuhan sadis dan keji yang dilakukan oleh Riyan, editor pernah memberikan ulasan dalam suatu ceramah subuh di masjid. Ada baiknya kami kutip sebagian dari ceramah tersebut, antara lain sbb:

“Kasus pembunuhan yang sadis dan menghebohkan beberapa waktu yang lalu, ada beberapa kualifikasi yang muncul dalam kasus seperti itu, yakni; 1) Nafsu yang mencapai tingkat penyimpangan luar biasa dalam diri manusia, sehingga ia sulit mengendalikannya. 2) Unsur syaithaniyah yang menempel dalam diri manusia maupun jin, yang berposisi di antara karakter, sifat dan nafsu itu sendiri. Syeitan itu bukan nafsu, bukan sifat, bukan karakter, namun ia berada di segitiga kegelapan yang mendorong terus menerus ke wilayahnya, sehingga manusia terhijab dari Allah SWT. 3) Ilmu yang berkolaborasi dengan jin-syeitan, sangat berpengaruh dalam kepribadian orang itu. 4) Tradisi bermaksiat, memanjakan kesenangan, meremehkan perintah dan larangan agama. 5) Lingkungan keluarga, konflik sejak dalam kandungan, bisa jadi pemicu tumbuhnya watak konflik dan kepribadian ganda.
Maka siapa saja yang melakukan kekerasan yang sadis dan keji, maka pada saat yang sama ia sedang kehilangan imannya, terhanyut oleh nafsunya, sehingga walaupun ia beragama dan beribadah dengan tekun, namun ia dikendalikan oleh nafsu kebinatangan, kebuasan dan kesyahwatannya.” [Hermanto]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar